Generasi Z Sulit Memiliki Rumah: Harga Melonjak, Pendapatan Tak Seimbang
Kesenjangan antara harga properti yang terus meningkat dan pendapatan yang stagnan membuat Generasi Z kesulitan memiliki rumah sendiri.

Harga properti terus melambung tinggi, sementara pendapatan generasi muda, khususnya Generasi Z, tidak mengalami peningkatan yang sebanding. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Caritra Indonesia pada 2024 lalu, ditemukan bahwa lebih dari 40% Gen Z hanya mampu menyisihkan kurang dari Rp1 juta per bulan untuk tempat tinggal, sedangkan 36% dari mereka merasa belum siap secara finansial untuk membeli properti.
Dosen Manajemen Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Novita Ratna Satiti, mengungkapkan bahwa kenaikan harga properti dalam beberapa tahun terakhir menjadi salah satu hambatan utama bagi Generasi Z untuk memiliki rumah. Ia menjelaskan bahwa harga rumah di berbagai wilayah perkotaan mengalami lonjakan yang signifikan, sementara pendapatan rata-rata Gen Z cenderung stagnan. Hal ini diperparah dengan persyaratan kredit yang semakin ketat serta suku bunga yang tinggi, yang semakin menyulitkan mereka untuk mendapatkan KPR.
“Kami melihat ada perbedaan yang cukup besar antara kenaikan gaji dengan harga rumah. Banyak dari mereka masih berjuang untuk menabung, tetapi dengan biaya hidup yang terus meningkat, menyisihkan uang untuk uang muka menjadi semakin sulit,” ujar Novita.
Selain harga properti yang terus meroket, Generasi Z juga menghadapi tekanan finansial dari berbagai aspek lain. Biaya hidup yang tinggi akibat inflasi menyebabkan mereka harus mengalokasikan sebagian besar pendapatan untuk kebutuhan sehari-hari. Dengan pendapatan yang rata-rata berada di bawah Rp2,5 juta per bulan, menabung untuk membeli rumah menjadi tantangan tersendiri.
Ada pula pergeseran gaya hidup yang turut memengaruhi keputusan Generasi Z dalam memiliki hunian sendiri. Banyak dari mereka memilih untuk menyewa tempat tinggal karena lebih fleksibel dan sesuai dengan pola hidup yang dinamis. Preferensi untuk investasi jangka pendek seperti traveling atau pengembangan diri juga menjadi faktor yang membuat kepemilikan rumah tidak selalu menjadi prioritas utama bagi kelompok ini.
Meski menghadapi tantangan besar, ada beberapa upaya yang bisa dilakukan agar Generasi Z tetap memiliki peluang untuk memiliki rumah. Menabung secara disiplin dan memanfaatkan program subsidi perumahan dari pemerintah menjadi dua solusi yang paling memungkinkan. Selain itu, peningkatan penghasilan melalui pekerjaan dengan gaji lebih tinggi atau investasi juga bisa menjadi langkah strategis agar mereka dapat mencapai target kepemilikan rumah di masa depan.
Novita menekankan bahwa meningkatkan literasi keuangan dan pemahaman terhadap sistem kredit sangat penting bagi Generasi Z yang ingin membeli rumah. Ia mencontohkan bagaimana negara-negara lain telah menerapkan kebijakan edukasi finansial yang lebih sistematis, sehingga generasi muda dapat mempersiapkan diri lebih baik dalam membeli properti.
“Generasi Z sebenarnya memiliki potensi besar, terutama karena mereka lebih melek teknologi dan memiliki akses ke berbagai platform investasi. Jika mereka bisa memanfaatkan ini dengan baik dan mulai membangun strategi finansial sejak dini, peluang memiliki rumah tetap ada,” tambahnya. Meski situasi ekonomi saat ini tidak sepenuhnya menguntungkan bagi Generasi Z, kepemilikan rumah bukanlah hal yang mustahil. Dengan strategi yang tepat dan dukungan kebijakan yang memadai, generasi muda tetap memiliki peluang untuk mewujudkan impian mereka memiliki hunian sendiri